Farewell
Irine menatap mata Frederick tajam, pita panjang berwarna merah darah di rambutnya melambai. "Kau tau Fred? aku sangat membencimu, sangat amat membencimu sampai aku tidak tahan lagi dan ingin mengakhiri hidupku" ucapnya tersenyum sinis menatap tunangannya yang menatapnya kosong tepat di matanya.
Irine memundurkan langkahnya ke belakang melirik sekilas, terlihat ada jurang yang curam di sana.
Tatapan tajam itu berubah menjadi sendu. " Tapi Fred, aku juga mencintaimu! andaikan aku tidak berasal dari kubu yang berlawanan denganmu apakah kita bisa bersama Fred?" air matanya meleleh di pipinya yang tirus.
"Selamat tinggal" lanjutnya dengan senyum ringan di wajahnya, matanya mencoba memotret wajah tampan pria itu sedetail-detailnya untuk ia simpan sebagai ingatan yang berharga, terakhir kalinya. Irine lalu memejamkan mata sebelum menjatuhkan tubuhnya kebelakang, kearah tebing.
Samar-samar dia merasakan sesuatu menarik rambutnya, ketika dia membuka mata netranya menangkap Frederick diujung tebing.
Netra itu yang selama ini selalu menatap tenang dan kosong ke arahnya sekarang bergejolak seakan mendapatkan guncangan yang begitu hebat, di tangan pria itu ada pita panjang berwarna merah yang tadi mengikat rambutnya.
Ekspresi pria itu pecah saat melihat Irine dengan cepat jatuh ke jurang yang selama ini tidak seorangpun yang berhasil menjangkau dasarnya. "TIDAK! IRINE!" Teriakan frustasi bercampur kecemasan itu yang terakhir Irine dengar sebelum dia merasakan kehampaan di sekitarnya disusul dengan rasa sakit yang amat sangat kuat hingga semuanya gelap.
Komentar
Posting Komentar